Tragedi Gadis Syok Buang Air, Pantat Terluka Parah, Dikira Ular, Fakta Lebih Ngeri: Ada Wajahnya

 


TRIBUNJATIM.COM - Seorang gadis syok saat buang air mengetahui keadaan pantatnya sudah bersimbah darah.

Awalnya sang gadis mengira ada ular yang ingin menerkamnya.

Ternyata tidak, tetapi justru sesuatu yang jauh lebih mengerikan.

Tragedi itu nyaris membuat sang gadis sampai hampir kehilangan nyawanya.

"Aku melihat ada wajah di sana," ucapnya mengingat kejadian mengerikan itu.

Kronologi tragedi mengerikan itu pun diceritakan ulang olehnya kepada saudara.

Akhirnya, cerita gadis yang berasal dari Alaska, Amerika Serikat inipun seketika menjadi sorotan.

Semua berawal saat sang gadis Shannon harus menggunakan toilet umum karena ingin buang air.

Pantat Shannon digigit sesuatu saat menggunakan toilet umum.

Mengira itu adalah piton, namun dia menemukan sesuatu yang sangat menakutkan.

Shannon Stevens mengatakan bahwa seumur hidup dirinya tidak akan berani menggunakan toilet umum luar ruangan setelah pengalaman yang mengerikan itu.

Gadis asal Alaska itu bersama saudara laki-lakinya Erik dan calon ipar perempuannya menyewa gubuk kecil di Alaska untuk menikmati keindahan alam liar.

Namun, gadis muda itu hampir kehilangan nyawanya di satu toilet.

“Saya baru duduk di dudukan toilet, ketika tiba-tiba saya langsung digigit oleh gigi yang tajam."

"Saya melompat, lari dari toilet dan berteriak," kenang Stevens.

Erik mendengar jeritan adiknya dan berlari mendekat.

Ternyata mendapati sang adik sudah dalam keadaan pantatnya yang bersimbah darah.

Dia menemukan Shannon mengalami pendarahan di area pantat dan meminta calon istrinya untuk merawat lukanya.

Pada awalnya Stevens mengatakan dia digigit ular piton atau ular sanca.

Ia terus meyakini bahwa yang menggigitnya adalah sejenis ular.

Hingga kemudian dia ingat melihat wajah di balik gigitan mengerikan itu.

Sang kakak Erik menegaskan pula bahwa di Alaska yang dingin tidak ada ular sanca, makhluk yang menggigit saudara perempuannya bisa berupa tupai atau musang.

Setelah beberapa saat bertengkar, Erik membawa senter dan lari ke toilet.

Kemudian sekitar 46 meter dari tenda Erik berusaha kuat untuk mencari tahu apa yang tersembunyi di dalamnya.

“Saya membuka tutup toilet dan Tuhan,"

"saya melihat wajah di bawah sana." seru Erik juga memperingatkan adiknya yang masih terluka dan calon istrinya.

"Dilihat dari dekat, itu adalah beruang coklat. Hewan itu melihat kembali padaku melalui celah. Saya buru-buru menutup klosetnya,”kata Erik.

“Kita harus lari dari sini sekarang. Beruang, ” teriak Erik dan membawa adik perempuannya dan calon istrinya melarikan diri.

Keesokan paginya, dengan bantuan polisi, Erik kembali ke gubuk dan melihat beruang di mana-mana.

“Jejak kaki beruang penuh di atas salju. Kami bahkan melihat seekor beruang berkeliaran di dekat tenda. Kami menendangnya, ”kata Erik.

Carlo Koch, seorang ahli biologi dan lingkungan di Alaska mengatakan bahwa meskipun cuaca masih sangat dingin, beberapa beruang menghentikan hibernasi awal mereka.

“Tahun lalu, kami mencatat rekor jumlah kasus beruang yang mendekati rumah. Beberapa beruang tidak memiliki cukup lemak untuk berhibernasi. Mereka mendapatkan salmon, "Mr. Kata Koch.

Tuan Koch berkata bahwa Shannon dan saudaranya beruntung beruang itu mungkin "mengantuk" dan tidak terlalu lapar.

"Saya berdarah, tapi lukanya tidak terlalu parah," kata Shannon.

“Saat Anda datang ke Alaska, bawalah semprotan beruang. Untungnya bagi gadis itu dan teman-temannya, beruang itu hanya menggigit ringan, tidak menerkam, ”Mr. Kata Koch.

Tinggal di alam bebas memang tidak semudah yang kita bayangkan, selain beruang ada banyak lagi sebetulnya hewan-hewan mengerikan yang bisa membahayakan nyawa manusia.

Di Indonesia sendiri seorang pria pernah tewas karena digigit ribuan semut.

Hal itu terjadi ketika pria menebang batang saat bekerja demi mencari ranting pohon.

Muhammad Khairi (27) meninggal setelah sampai di RSU Metro Medicak Center (MMC) CUnda Lhokseumawe, Aceh.

Pada awalnya, warga sekaligus saksi menyebutkan, siang itu korban naik ke batang pohon bayu di kawasan Krueng Seunong.

Siang itu korban berencana menggunduli ranting pohon.

Tiba-tiba korban pingsan di cabang pohon tersebut.

Seorang rekannya yang lain M Yusuf, berada di bawah pohon dan terus memanggilnya.

“M Yusuf yang berada di bawah pohon tersebut memanggilnya berulang kali, tapi tak ada jawaban. Dari situ korban mengetahui korban sudah pingsan,” ujar Kapolsek Kuta Makmur.

Tujuan Naiki Pohon

Pohon yang dinaiki korban itu adalah pohon yang dipilih untuk ditebang.

Pohon tersebut akan ditebang untuk membangun rumah M Yusuf (53) warga Desa Blang Gurah untuk membangun rumahnya.

“Informasi dari warga, korban selama ini sudah terbiasa mengunduli ranting pohon yang akan ditebang,” ujar Kapolres Lhokseumawe AKBP Ari Lasta Irawan melalui Kapolsek Kuta Makmur Iptu Ibnu Sachdan kepada Serambinews.com, Senin (20/1/2020).

Karena rumah sebelumnya sudah terbakar pada Rabu (15/1/2020).

Proses Evakuasi Sulit

Lalu persoalan tersebut diberitahukan kepada warga lainnya yang diteruskan kepada Polsek.

“Kemudian warga naik ke pohon tersebut untuk memastikan dan menurunkan korban. Ternyata memang benar korban sudah pingsan. Warga menemukan banyak gigitan semut merah di tubuh pria tersebut,” ujar Iptu Ibnu Sachdan.

Untuk menurunkan korban dari pohon tersebut membutuhkan waktu yang lama.

Hal itu disebabkan warga harus mencari tali dan kemudian membutuhkan beberapa warga lainnya agar bisa menurunkan korban.

Sebab korban selain pingsan juga tersangkut di cabang pohon.

Korban akhirnya berhasil diturunkan warga dengan menggunakan tali.

Meninggal di Rumah Sakit

Lalu korban segera dibawa ke RSU MMC di Cunda Lhokseumawe untuk mendapat perawatan.

“Sayangnya, tak setelah korban mendapat perawatan, korban menghembuskan nafas terakhir,” pungkas Kapolsek Kuta Makmur, seperti dikutip dari Serambinews.com, (20/1/2020).

Korban meninggal sesaat setelah sampai di RSU Metro Medical Center (MMC) CUnda Lhokseumawe.

Bahaya Racun Gigitan Semut Merah

Lantas seperti apa sebetulnya serangan atau gigitan semut merah di pepohonan?

Dikutip TribunJatim.com dari laman www.halodoc.com via Serambinews.com, ada cara ampuh mengatasi gigitan semut merah atau semut api.

Selain menimbulkan rasa gatal yang sangat mengganggu, kulit yang digigit semut jadi memerah dan bengkak.

Gigitan semut api mengandung racun yang berisi campuran dari 46 protein.

Itulah mengapa, setelah digigit semut api, biasanya kulit akan mengalami iritasi ringan.

Namun, ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa racun tersebut bisa memengaruhi sistem saraf manusia.

Bahkan, seseorang bisa berhalusinasi setelah digigit serangga kecil berwarna merah ini.

Gejala gigitan semut api biasanya diawali dengan rasa nyeri yang sangat tajam, seperti terbakar atau habis dicubit.

Meskipun hanya berlansung sebentar, yaitu sekitar beberapa detik hingga beberapa menit, tetapi rasa gatal kemudian akan muncul lagi dengan lebih intens.

Rasa gatal tersebut bisa bertahan selama beberapa hari ke depan, tetapi biasanya bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.

Gigitan semut api sebaiknya jangan disepelekan, karena walaupun kelihatannya sepele dan bisa sembuh dengan mudah.

Tetapi digigit semut juga bisa menimbulkan dampak yang cukup serius.

Berikut ini gejala-gejala gigitan semut yang membutuhkan pengobatan lebih lanjut dari dokter:

  • Sulit bernapas.
  • Pembengkakan yang cukup parah.
  • Penurunan kesadaran.

Bila gejala di atas terjadi dalam satu jam setelah digigit semut, sebaiknya segera cari pertolongan medis.

Pengobatan darurat dengan memberikan epinefrin dapat meredakan gejala tersebut.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel